Halo, kami adalah FranKKomiK.

Bagi kami, memproduksi dan mempromosikan komik dengan layak tidaklah cukup. Untuk bisa membuat sebuah komik diapresiasi dengan lebih baik oleh masyarakat dibutuhkan lebih dari sekadar cerita dan visual yang apik, tetapi juga strategi bisnis serta marketing dan kegiatan promosi yang juga cerdik.Di mata kami, komik lebih dari sekadar sebuah buku cerita bergambar. Layaknya literatur, komik juga merupakan representasi budaya sebuah bangsa dan kami merasa sangat bangga bisa menjadi bagian dari dunia komunitas komik Indonesia yang kian hari semakin berkembang. Kami berharap bahwa dengan melalui FranKKomiK, kami bisa berkontribusi dalam membangkitkan dunia komik Indonesia agar semakin jaya dan jaya selalu.

Cerita Di Balik FranKKomik
FranKKomiK merupakan gagasan yang tercetus oleh dua orang sahabat lama, Franki Indrasmoro Sumbodo (Pepeng) dan Aria Baja. Perbedaan minat dan latar belakang pekerjaan justru yang membuat mereka berdua berkolaborasi untuk menggerakkan roda produksi dan mengembangkan industri komik di Indonesia.

Berbekal pengalaman Pepeng yang sudah beberapa kali bertindak selaku konseptor dan produser beberapa karya buku dan komik, antara lain Bonbinben (2008) dan Petualangan NAIF dan Mesin Waktu (2010-2013) serta pengalaman Baja di bidang Public Relations (PR) dan bisnis yang sudah belasan tahun, FranKKomiK berharap bisa menghidupkan kembali skena komik lokal yang sempat meraih masa jayanya di era tahun ’70-an.

Sekilas Tentang Sejarah Komik Di Indonesia
Pernah mendengar judul-judul komik, seperti Panji Tengkorak, Gundala Anak Petir atau Si Buta dari Goa Hantu? Semuanya merupakan tokoh-tokoh komik yang sangat populer di kalangan anak-anak penggemar komik usia SMP dan SMA di era tahun ’70-an. Tapi, komik sendiri sudah mulai dikenal di Indonesia sejak tahun ’30-an saat komik strip muncul pertama kalinya di surat kabar Melayu-Cina, Sinpo.

Tahun 1950-an bisa dibilang sebagai tahun berkembangnya dunia komik di Indonesia. Masing-masing menghadirkan berbagai tema cerita, antara lain petualangan, silat, superhero, humor, dan juga cerita pewayangan Mahabarata dan Ramayana. Seiring berjalannya waktu, komik terus berkembang hingga tahun 1980 dengan tema-tema yang semakin beragam, termasuk cerita rakyat, komik politik hingga roman remaja. Masa-masa kejayaan komik ini pun turut mengangkat nama para komikus yang ada di belakang setiap cerita komik tersebut, antara lain RA Kosasih, Ganes TH, Hans Jaladara, dan masih banyak lagi.

Sayangnya, memasuki era tahun 1980-an, komik lokal mulai tenggelam dan tergeser oleh komik-komik terjemahan dari Amerika, Eropa, dan Jepang, di mana mayoritas bisnis produksi komik ini didominasi oleh perusahaan-perusahaan penerbit besar. Penerbit-penerbit komik lokal yang tergolong perusahaan kecil perlahan-lahan tenggelam. Situasi ini jelas membuat sebagian pecinta komik prihatin.

Berangkat dari aspirasi untuk mempertahankan karya komik lokal agar tetap hadir di tengah arus budaya Indonesia yang semakin beragam, FranKKomik ingin mengembalikan masa jaya komik lokal yang sempat diraih beberapa dekade lalu dan menghadirkannya kembali di era sekarang. Melalui karya-karya komik yang telah dan akan diproduksi di bawah bendera FranKKomik, diharapkan masyarakat pada umumnya dan pecinta komik pada khususnya mau membuka mata, telinga, dan wawasan bahwa komik bukan hanya sekadar cerita bergambar, tetapi juga mampu mengajarkan nilai-nilai penting dalam kehidupan layaknya karya literatur.

Visi Dan Misi Kami

  1. Menggerakkan roda produksi dan industri komik, cerita bergambar juga buku serta media visual grafis lainnya agar semakin diapresiasi oleh masyarakat Indonesia.
  2. Mendukung gerakan komikus-komikus tanah air untuk lebih memperkenalkan diri dan karya-karya mereka.
  3. Menjadi jembatan antara dunia seni visual yang dinaungi oleh para desainer grafis, illustrator, komikus, dan penulis komik dengan para penerbit buku, investor, dan pelaku bisnis seni melalui berbagai proyek sebagai pintu gerbang mereka dalam memasuki industri komik di Indonesia.
  4. Bertindak sebagai agensi desainer grafis, ilustrator, dan komikus bagi pihak-pihak
    yang membutuhkan jasa mereka.

Kenal Lebih Dekat Lagi
Franki Indrasmoro Sumbodo (Pepeng) | Founder
Pria kelahiran Kudus, 15 Januari 1976 ini terbilang bukan ‘anak baru’ lagi di dunia komik Indonesia. Di umur 17 tahun, pengoleksi action figure and komik ini berhasil meraih Juara Harapan 1 dalam acara Lomba Menggambar Kobo-Chan yang diadakan oleh Elex Media Komputindo. Tidak berhenti di situ, ia melanjuti minat serta bakatnya di dunia seni dengan mengambil studi D-3 Fakultas Seni Rupa/Desain Grafis di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada tahun 1994-1999. Bakat menggambarnya lantas menarik perhatian Majalah HAI yang akhirnya menggaet Pepeng sebagai freelance illustrator mereka selama tahun 1993-1995.

Di tahun 1995, Pepeng mencoba dunia baru, yaitu musik. Setelah sempat menjadi main talent untuk video klip band Netral di lagu mereka yang berjudul Walah, Pepeng mendirikan band NAIF bersama David, Jarwo, Chandra, dan Emil yang masih aktif di dunia musik Indonesia (minus Chandra yang keluar dari NAIF di tahun 2003). Di band NAIF, Pepeng memegang posisi drummer, namun turut aktif juga menulis lagu (salah satunya Posesif dari album Jangan Terlalu NAIF yang dirilis tahun 2000), mendesain sampul kaset/CD album The Best of NAIF dan Retropolis yang dirilis tahun 2005 serta selaku konseptor dan produser untuk video klip Jikalau dari album Titik Cerah yang dirilis tahun 2002, dan lima video klip lainnya dari album Retropolis.

Di tahun 1999 hingga 2001, Pepeng mengaplikasikan bakat illustrasinya dengan menjadi seorang commercial storyboard artist. Tidak berhenti di situ, pria yang gemar membaca buku ini pun mulai mengeksplor dunia tulis-menulis sejak tahun 2004. Bakat menulisnya tersebut sebenarnya sudah ia sadari saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Selanjutnya, ia menuangkan bakatnya tersebut dengan menjadi konseptor sekaligus produser buku, album lagu serta drama musikal anak Bonbinben serta album Science in Music: Album Kompilasi Siaga Bencana di tahun 2008. Tapi, bukan berarti ia lantas menjadikan NAIF sebagai prioritas kedua. Di tahun 2010, Pepeng membuat gebrakan baru, di mana ia melahirkan konsep dan menulis cerita komik Petualangan NAIF dan Mesin Waktu yang terdiri dari lima buku dan diselesaikan pada tahun 2013.

Kreativitasnya dalam berkarya tidak pernah berhenti berputar. Di tahun 2014, Pepeng menghadirkan karya terbarunya dalam format novel grafis, Setan Jalanan. Berkolaborasi dengan Haryadhi, salah satu komikus muda berbakat Indonesia, Pepeng mempersiapkan Setan Jalanan dalam tiga jilid buku, plus satu edisi terbatas yang disebutnya sebagai Edisi Perkenalan, yang telah terbit antara tahun 2014 sampai 2016 lalu. Dengan mengangkat bendera FranKKomiK selaku tim produksi Setan Jalanan, Pepeng kini memposisikan dirinya sebagai produser komik.

Kesuksesan debut Pepeng sebagai produser komik melalui Setan Jalanan menjadi motivasinya untuk melakukan percepatan bisnis komik dengan memproduksi proyek komik kedua, Geng Bedug. Sebuah buku anak. Proyek FranKKomiK ini merupakan gagasan orisinil Pepeng bersama Aria Baja, yang juga turut menjalankan roda bisnis FranKKomiK. Bagaimana dengan dunia musik yang ia geluti? Saat ini, Pepeng masih melanjutkan perjalanannya sebagai musisi bersam NAIF dan band keduanya, RAKSASA.

Aria Baja (Baja)| Co-Founder
Lulus dari SMT Penerbangan, Jakarta, Baja melanjutkan studinya ke Fakultas Seni Pertunjukan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Di sini ia mempelajari Manajemen Seni Pertunjukan yang mengantarnya ke pekerjaan tetap pertamanya sebagai Asisten Head Promotion Off-Air di stasiun televisi RCTI selama 2 tahun. Selepas dari RCTI, Baja akhirnya memutuskan untuk menjadi Manajer untuk band NAIF, di mana ia belajar mengembangkan serta menjual sebuah produk musik.

Di tahun 2007, Baja memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai Manajer band NAIF dan memulai karir barunya sebagai Music Director di OZ Radio, Jakarta. Di sana ia mengamati perkembangan jaringan sekaligus manajemen radio sambil menjalani siaran program spesial yang memainkan lagu-lagu hits dari tahun ’90-an.

Dari penghasilannya ia terima setiap bulannya, ia sisihkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya Baja berhasil mendirikan perusahaan sendiri, Lockermedia, bersama dua orang rekannya dan bergerak di bidang agensi musik yang meliputi Promotion and Media Services, Talent Management serta Music Production. Hingga saat ini, Lockermedia bisa dibilang sebagai perusahaan yang mampu membuktikan eksistensinya di dunia musik
Indonesia.

Bagi Baja, bisa menjalani perusahaannya sendiri sekaligus sambil tetap bekerja sebagai Music Director menjadi pencapaian terbaik di dalam hidupnya. Ia bersyukur ide-ide dan konsep-konsep ajaib selalu bisa mengalir dengan mudah dari kepalanya. Tidak heran, jalan pikiran Baja yang kreatif dalam menghasilkan ide-ide dan pengalamannya di bidang bisnis menjadi elemen pelengkap untuk menjalankan roda FranKKomiK. Melalui strategi bisnisnya, Baja siap mengembangkan dunia komik Indonesia kepada publik.